British Museum Surga Sejarah atau Gudang Barang Curian?

https://museumboom.id/

British Museum Surga Sejarah atau Gudang Barang Curian? – British Museum di London sering disebut sebagai “museum sejarah dunia terbesar”. Tapi di balik kemegahannya, ada cerita kelam tentang bagaimana banyak koleksinya justru didapat dari penjajahan dan perampasan. Jika Anda tertarik dengan museum-museum unik, Anda mungkin juga ingin membaca tentang Museum Paling Menyeramkan di Dunia yang menyimpan kisah-kisah misterius.

Bayangin: dari 12 artefak paling ikonik yang direkomendasikan museum, hampir setengahnya punya status kepemilikan yang diperdebatkan. Mulai dari Rosetta Stone yang diambil dari Mesir, Patung Parthenon asal Yunani, sampai Benin Bronzes dari Nigeria—semua punya kisah miris soal bagaimana mereka “berakhir” di Inggris.

Asal Mula Koleksi Kontroversial British Museum

1. Awal Mula: Koleksi “Ilmiah” yang Jadi Tameng

British Museum berdiri tahun 1753 dengan semangat Pencerahan Eropa—idealnya sebagai tempat pembelajaran universal. Tapi nyatanya, banyak koleksi awalnya justru dibangun dari:

  • Hadiah dari kolektor kaya (yang dapat barang dari mana? Sering dari koloni!)
  • “Ekspedisi ilmiah” yang ternyata sekaligus misi pengumpulan harta budaya
  • Pembelian dari pedagang yang sumber barangnya nggak jelas

Contoh kasus:

  • Rosetta Stone (1799): Diklaim “ditemukan” pasukan Prancis di Mesir, lalu diambil Inggris sebagai rampasan perang. Padahal, jelas-jelas berasal dari kuil Mesir kuno.
  • Patung Parthenon (1801-1812): Lord Elgin mengaku dapat izin dari Kesultanan Ottoman (yang menjajah Yunani saat itu) untuk membongkar dan membawa patung-patung itu. Tapi izinnya samar-samar, dan orang Yunani nggak pernah setuju!

2. Pola Khas Kolonial: “Ambil Dulu, Urusan Belakangan”

Cara Inggris mengumpulkan artefak sering mengikuti pola:

  1. Invasi militer (seperti Perang Benin 1897)
  2. Pembakaran/pengrusakan sistem pemerintahan lokal
  3. Pengambilan artefak sebagai “bukti kemenangan” sekaligus komoditas
  4. Pengiriman ke London dengan dalih “penyelamatan”

Yang bikin emosi:

  • Banyak artefak sengaja dihancurkan kalau dianggap nggak bernilai jual.
  • Dokumentasi penjarahan justru dipamerkan bangga-bangga (foto-foto prajurit Inggris berdiri di atas tumpukan “loot”).

3. Standar Ganda: Legal di Masa Itu, Tapi Etis?

British Museum sering berkilah:

“Itu sah menurut hukum saat itu!”

Tapi:

  • Hukum siapa? Kan dibuat oleh penjajah! Kerajaan Benin jelas nggak pernah setengah hartanya diambil.
  • Perjanjian dipaksa—seperti “izin” Lord Elgin dari Ottoman yang sedang menjajah Yunani.

4. Koleksi Lain yang Juga Bermasalah

Selain yang sudah terkenal (Rosetta Stone, Benin Bronzes), masih banyak lagi:

  • Hoa Hakananai’a (Moai dari Pulau Paskah): Diambil tanpa izin tahun 1868 oleh kapal Inggris.
  • Gwalior Stone (India): Diambil setelah Perang Inggris-India 1857 sebagai “harta rampasan”.
  • Tabut Perjanjian Ethiopia: Dicuri dalam invasi tahun 1868, sekarang disembunyikan di gudang museum.

5. Ironi Terbesar: “Kami Lebih Bisa Merawat”

Argumen favorit British Museum:

“Di kami, artefak terawat baik dan dilihat jutaan orang.”

Faktanya:

  • Banyak artefak rusak karena salah simpan (contoh: Benin Bronzes pernah digosok paksa biar “kinclong”).
  • Ditaruh di gudang—70% koleksi nggak pernah dipamerkan!
  • Negara asal sekarang sudah punya museum canggih (contoh: Museum Acropolis baru di Athena khusus dirancang untuk menyimpan Parthenon Marbles).

Kenapa Masih Dipertahankan?

  1. Prestise: Koleksi ini bikin British Museum jadi “museum top dunia”.
  2. Uang: Artefak-artefak ini jadi magnet turis (4 juta pengunjung/tahun).
  3. Politik: Mengembalikan = mengakui kesalahan kolonial, yang bisa buka pintu tuntutan lainnya.

Intinya: Ini bukan kesalahan masa lalu, tapi pilihan masa kini untuk tetap mempertahankan! Oh ya, Buat kamu yang penasaran info menarik tentang museum lainnya, bisa cek juga di museumboom.

Benin Bronzes: Kasus Paling Memilukan

1. Kisah di Balik Penjarahan

Tahun 1897, Inggris melancarkan “Ekspedisi Hukuman Benin” setelah tujuh utusan mereka dibunuh. Tapi misi ini nggak cuma soal balas dendam—mereka juga mengincar harta karun di istana kerajaan.

Pasukan Inggris membakar kota, membantai warga, lalu menjarah ribuan artefak. Bahkan, mereka memotret dan memberi label “LOOT” (rampasan) pada barang-barang itu sebelum mengirimnya ke Eropa.

https://museumboom.id/

2. Nasib Benin Bronzes Sekarang

Karya seni ini tersebar di museum-museum Barat, termasuk British Museum. Padahal, bagi orang Benin, ini bukan cuma benda seni—tapi arsip sejarah mereka.

“Pertama kali saya melihat Benin Bronzes asli, saya harus terbang dari Nigeria ke London. Kebanyakan orang Nigeria nggak akan pernah bisa melihatnya.”
— Chika Okeke-Agulu, Sejarawan Seni Nigeria

3. Perjuangan Pengembalian yang Berlarut-larut

Sejak tahun 2000, keluarga kerajaan Benin sudah meminta pengembalian, tapi British Museum bersikukuh:

  • “Kami nggak mengembalikan, tapi bisa meminjamkan.”
  • Alasan mereka: Museum adalah “perpustakaan dunia” yang harus menyimpan semuanya.

Beberapa pihak mulai sadar:

  • Tahun 2014, cucu seorang tentara Inggris mengembalikan 2 artefak ke Nigeria.
  • Sejak 2007, ada Benin Dialogue Group untuk negosiasi repatriasi, tapi belum ada hasil nyata.

Kenapa Repatriasi Artefak Itu Penting?

1. Bukan Cuma Soal Benda, Tapi Identitas

Buat banyak negara, artefak-artefak ini adalah bagian dari jati diri bangsa. Bayangin kalo naskah asli Sumpah Pemuda disimpan di Belanda—bakal terasa nggak lengkap, kan?

2. Museum Kolonial vs. Keadilan Sejarah

Argumen British Museum:

  • “Kami lebih bisa merawat dan memamerkan ke dunia.”

Tapi, bukankah negara asal juga berhak mengelola warisannya sendiri?

3. Beberapa Museum Sudah Mulai Berubah

  • Jerman berencana mengembalikan Benin Bronzes mulai 2022.
  • Prancis mengembalikan 26 artefak ke Benin (negara di Afrika, bukan Kerajaan Benin di Nigeria).

British Museum? Masih ngotot.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

1. Sadari Sejarah Kelam di Balik Koleksi Museum

Nggak semua artefak di museum Barat didapat secara etis. Beberapa adalah bukti kekejaman kolonial.

2. Dukung Gerakan Repatriasi

Tekan pemerintah dan museum melalui:

  • Petisi
  • Diskusi publik
  • Tekanan media

Penutup: Masa Depan Artefak yang Diperdebatkan

Ini bukan cuma soal masa lalu, tapi juga masa depan hubungan global. Keadilan sejarah harus ditegakkan—walau butuh waktu puluhan tahun.

“Ini mungkin berlanjut sampai setelah saya meninggal. Tapi prosesnya harus dimulai SEKARANG.”
— Chika Okeke-Agulu

Gimana pendapatmu? Haruskah British Museum mengembalikan artefak-artefak ini? 🏛️🔥

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *