Kalender Jawa Perpaduan Unik Hijriah & Saka – Hai, Sobat! Pernah dengar tentang Kalender Jawa? Kalau kamu pikir kalender cuma ada Masehi doang, berarti kamu ketinggalan info nih! Kalender Jawa ini nggak cuma sekadar hitung-hitungan tanggal, tapi juga punya cerita mistis, budaya kental, dan bahkan pengaruh Islam yang bikin penasaran. Dari Malam Satu Suro yang penuh misteri sampai fenomena Islam Aboge yang unik, semuanya punya sejarah panjang dan makna mendalam dalam budaya masyarakat Jawa. Bahkan, lewat kalender ini, banyak orang yang mencoba menebak Profesi Berdasarkan Weton, lho! Yuk, kita telusuri bareng-bareng tentang keunikan dan kekayaan dari Kalender Jawa ini!
Apa Itu Kalender Jawa?
Kalender Jawa adalah sistem penanggalan yang sangat unik karena merupakan hasil akulturasi antara dua kebudayaan besar: Islam dan Hindu-Buddha India. Kalender ini diciptakan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, raja besar dari Kesultanan Mataram Islam, pada tahun 1633 Masehi. Tujuannya sangat mulia, yakni menyatukan tradisi penanggalan yang sudah mengakar di masyarakat Jawa dengan sistem penanggalan Islam yang dibawa oleh para penyebar agama.
Sebelum Kalender Jawa diperkenalkan, masyarakat Jawa menggunakan Kalender Saka, sistem penanggalan dari India yang berbasis matahari dan cukup rumit dalam penggunaannya. Ketika Islam menyebar, masyarakat mulai mengenal Kalender Hijriah yang berbasis bulan. Namun, untuk memudahkan transisi, Sultan Agung membuat sistem kalender baru yang menggabungkan keduanya. Informasi lebih lengkap tentang sistem ini juga bisa kamu temukan di situs https://primbonjawa.id, yang membahas banyak hal terkait budaya dan penanggalan Jawa.
Perbedaan Kalender Jawa, Hijriah, dan Masehi
Ada tiga sistem penanggalan utama yang dikenal luas di Indonesia: Masehi, Hijriah, dan Jawa. Masing-masing punya ciri khas tersendiri:
1. Sistem Penghitungan Waktu
-
Kalender Masehi (Gregorian): Menggunakan sistem peredaran matahari (solar calendar). Inilah yang paling umum kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
-
Kalender Hijriah: Menggunakan peredaran bulan (lunar calendar), yang membuat satu tahun Hijriah lebih pendek sekitar 10–11 hari dari tahun Masehi.
-
Kalender Jawa: Juga menggunakan sistem lunar seperti Hijriah, tetapi dengan pengaruh budaya lokal dan Hindu-Buddha dari kalender Saka.
2. Siklus Hari & Pasaran
Yang bikin kalender Jawa makin unik adalah sistem hari pasaran:
-
Saptawara: Siklus 7 hari seperti kalender biasa (Minggu hingga Sabtu).
-
Pancawara: Siklus 5 hari pasaran: Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon.
Kombinasi antara Saptawara dan Pancawara menciptakan sistem weton, yang digunakan untuk meramal nasib, mencocokkan jodoh, memilih hari baik untuk hajatan, dan sebagainya. Setiap hari dan pasaran memiliki nilai numerik yang disebut Neptu, dan itulah yang jadi dasar dalam tradisi ramalan Jawa.
3. Nama Bulan
Kalender Jawa juga punya 12 bulan, sebagian besar merupakan adaptasi dari bulan Hijriah namun diberi sentuhan lokal Jawa. Contohnya:
-
Suro: dari Muharram
-
Sapar: dari Safar
-
Poso: dari Ramadan
-
Besar: dari Dzulhijah
Nama-nama bulan ini digunakan dalam berbagai upacara adat dan penanggalan spiritual di kalangan masyarakat Jawa.
Mitos & Tradisi Malam Satu Suro
Bulan Suro dalam Kalender Jawa identik dengan suasana mistis. Salah satu malam paling sakral dan penuh misteri adalah Malam Satu Suro, yang bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah. Meski dalam Islam hari ini dianggap sebagai momen refleksi dan awal tahun baru, di Jawa, Malam Satu Suro punya nuansa yang lebih gelap dan penuh pantangan.
Beberapa mitos dan tradisi di Malam Satu Suro antara lain:
-
Larangan Keluar Rumah di Malam Hari: Konon katanya, banyak makhluk halus berkeliaran di malam ini.
-
Tidak Boleh Menikah atau Pindah Rumah: Karena dianggap membawa sial.
-
Ritual Tapa Bisu: Di Keraton Yogyakarta, para abdi dalem menjalani tradisi jalan kaki keliling keraton tanpa berbicara satu kata pun. Ini adalah bentuk refleksi batin dan spiritualitas tingkat tinggi.
Film-film horor Indonesia yang populer di era 80-an seperti “Malam Satu Suro” ikut memperkuat citra mistis dari malam ini.
Islam Aboge: Tradisi Unik yang “Telat” Lebaran
Satu lagi keunikan dari budaya Jawa adalah munculnya kelompok Islam Aboge. Kata “Aboge” berasal dari singkatan: Alif – Rebo – Wage, yang merupakan sistem siklus kalender berdasarkan perhitungan weton. Kelompok ini biasanya tersebar di daerah-daerah seperti Banyumas, Cilacap, dan sebagian wilayah Jawa Tengah serta Yogyakarta.
Yang membuat Islam Aboge menarik adalah:
-
Mereka sering merayakan Idul Fitri atau Ramadan berbeda 1–2 hari dari mayoritas umat Islam.
-
Kalender yang digunakan adalah kalender Jawa versi lama yang tidak ikut pembaruan dari Kasultanan Yogyakarta dan Surakarta.
-
Tradisi ini dijaga secara turun temurun dan dianggap sebagai bentuk kesetiaan pada warisan leluhur.
Meskipun berbeda, kelompok Islam Aboge tetap menjalankan ajaran Islam dengan khusyuk. Ini adalah contoh nyata dari toleransi budaya dalam bingkai agama.
Fakta Menarik Lainnya Tentang Kalender Jawa
-
Tahun Kabisat Jawa: Dalam satu windu (8 tahun Jawa), ada 3 tahun kabisat, berbeda dengan kalender Hijriah yang punya 11 tahun kabisat dalam 30 tahun.
-
Pranoto Mongso: Ini adalah sistem kalender musim yang digunakan untuk keperluan pertanian. Kalender ini sangat penting di kalangan petani Jawa karena memberi panduan tentang waktu tanam dan panen.
-
Wuku & Neptu: Selain weton, ada sistem wuku (siklus 30 minggu) yang juga digunakan dalam astrologi Jawa untuk meramal karakter seseorang berdasarkan hari lahir.
Warisan Budaya yang Masih Hidup
Kalender Jawa bukan sekadar penanda tanggal. Ia adalah warisan budaya, sistem pengetahuan, dan cerminan akulturasi Islam dan budaya lokal yang sangat kaya. Diciptakan oleh Sultan Agung dengan visi penyatuan, kalender ini masih digunakan hingga sekarang, baik dalam upacara adat, kehidupan spiritual, maupun pertanian.
Dari Suro yang penuh mitos hingga Islam Aboge yang setia pada perhitungan leluhur, semua menunjukkan betapa fleksibel dan kuatnya budaya Jawa dalam mempertahankan identitasnya sambil menerima unsur luar.
Gimana, Sobat? Tertarik mempelajari lebih dalam tentang warisan leluhur ini? Jangan lupa share ke teman-temanmu ya, biar makin banyak yang tahu betapa kerennya Kalender Jawa!